Tantangan dan Masa Depan Peternakan Terpadu di Blora
Blora yang dikenal dengan kondisi geografisnya yang kering memang menjadi tantangan tersendiri bagi pengembangan pertanian dan peternakan. Namun, dengan rencana pembangunan bendungan di sekitar kawasan KHDTK, diharapkan lahan tersebut akan semakin potensial untuk dioptimalkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Meskipun hutan di Blora terkenal kering dan sulit air, rencana bendungan yang akan dibangun di sekitar KHDTK bisa membuka peluang lebih besar,” jelas Prof. Ali.
Dengan sinergi antara PT. LSAJ, UGM, pemerintah, dan masyarakat, program peternakan terpadu ini diharapkan mampu tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga mendukung visi pemerintah dalam menyediakan program makan bergizi gratis dan minum susu gratis bagi masyarakat Indonesia.
Sementara itu, Arie Triyono selaku pemilik PT. LSAJ menyebut bahwa inisiatif ini menunjukkan upaya kolaboratif yang kuat antara akademisi, sektor swasta, dan pemerintah dalam mengoptimalkan sumber daya lokal untuk kepentingan nasional. “Kami berharap langkah ini dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia yang memiliki potensi serupa,” pungkas Arie.
Arie pun kembali menekankan nilai sosial ekonomi dari terobosan bersama UGM ini. “Kami berharap dengan adanya pendekatan Agro Silvo Pastura ini, masyarakat Blora, terutama yang hidup di pinggiran hutan, bisa mendapatkan sumber pendapatan yang lebih stabil,” tukas Arie.
Dan yang terpenting, masih menurut Arie, masalah konflik sosial dimana lahan biasanya dikuasai dan digarap oleh masyarakat, lewat skema ini akan kembali kepada pemerintah. “Kawasan hutan aman karena dengan program kerja sama ini, PT LSAJ melibatkan masyarakat dalam kemitraan penanaman sumber bank pakan, seperti sorgum, jagung, rumput odot, rumput pakcong, rumput gama umami, dan rumput gajah. Dengan demikian perekonomian rakyat di pinggir kawasan hutan akan tumbuh,” pungkas Arie. ***
Penulis : Dimas Febriansyah
Editor : Lintastungkal
Sumber Berita : Begawan Media Center