Sulasteri awalnya tidak sampai ke arah sana untuk membuat teras baca, karena tempat baca baginya adalah di perpustakaan, namun setelah dirinya mengikuti pelatihan Tanoto Foundation dengan materi budaya baca, ternyata budaya baca bisa dipraktikkan dimana saja dan kapan saja.
“jadinya ya kita manfaatkan teras baca sebagai alternatif membaca buku bagi anak-anak,” tukasnya.
Sulasteri pun mengakui dengan adanya teras baca membuat siswa semakin mudah untuk membaca buku, kapan saja membuat anak-anak bisa membaca buku bacaan yang disukai, seperti sebelum masuk kelas, pada saat istirahat, sampai menunggu jemputan orang tua.
“Lebih fleksibel waktu bacanya, anak-anak jadi antusias membaca,” tambahnya.
Deni Sulistiowati Ningsih dan Dafni merupakan guru kelas di SDN 61/X Talang Babat, keduanya mengaku senang dengan dukungan kepala sekolah dalam mendukung program budaya baca terutama pembuatan teras baca.
“Senang ya, anak-anak bisa baca buku kapan saja, saya pun bisa memanfaatkan waktu dengan membaca buku bersama anak-anak,” ungkap Dafni diamini oleh Deni.
Dafni dan Deni mengaku hingga saat ini pihaknya masih terus memutar otak untuk memenuhi buku bacaan yang jumlahnya terbatas. Apalagi setelah adanya teras baca yang membuat antusiasme membaca siswa semakin meningkat.