Lebih lanjut, Agustinus menjelaskan, merombak bus lama yang sudah tidak beroperasi dapat menimbulkan berbagai risiko. Struktur rangka yang melemah akibat korosi atau kerusakan lain bisa menyebabkan rangka tidak mampu menahan beban dengan baik, meningkatkan risiko kecelakaan. Selain itu, komponen rem dan suspensi yang aus atau tidak berfungsi dengan baik juga berpotensi menyebabkan kegagalan rem atau ketidakstabilan saat berkendara, terutama pada kecepatan tinggi atau di medan sulit.
Agustinus menambahkan, mengubah ketinggian dan ukuran bus tanpa perhitungan yang tepat juga bisa mempengaruhi pusat gravitasi kendaraan, membuatnya lebih mudah terbalik saat berbelok atau dalam kondisi darurat. Sistem kelistrikan yang usang pada bus lama juga berisiko kelebihan beban jika ditambah fitur baru, yang bisa memicu kebakaran atau kegagalan listrik. “Selain itu, mesin bus lama yang tidak optimal dapat menyebabkan kegagalan mesin di tengah perjalanan, yang sangat berbahaya jika terjadi di tempat yang sulit dijangkau,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan berbagai potensi risiko ini, Agustinus berharap para pemilik dan operator bus pariwisata lebih memperhatikan aspek keselamatan demi keamanan penumpang dan pengguna jalan lainnya. “Mari kita utamakan keselamatan dalam setiap perjalanan,” pungkasnya. (*)
Penulis : Gunawan Hutajulu
Editor : Redaksi
Sumber Berita : Lintastungkal
Halaman : 1 2