Memetri: Pameran Unik Gabungkan Seni, Budaya, dan Kearifan Lokal untuk Menjawab Ancaman Krisis Iklim

- Redaksi

Rabu, 9 Oktober 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pameran Unik Gabungkan Seni, Budaya, dan Kearifan Lokal untuk Menjawab Ancaman Krisis Iklim. (FOTO : IST)

Pameran Unik Gabungkan Seni, Budaya, dan Kearifan Lokal untuk Menjawab Ancaman Krisis Iklim. (FOTO : IST)

Komunitas Wana Nagara: Hutan Kota sebagai Solusi Perkotaan

Kurniawan Adi Saputro, biasa disapa Inong, pendiri Komunitas Wana Nagara, menyoroti peran penting ruang terbuka hijau dalam mitigasi krisis iklim, khususnya di wilayah perkotaan seperti Yogyakarta. Menurut Inong, kondisi kota yang didominasi oleh bangunan beton memperparah efek pemanasan global, terutama dalam hal suhu permukaan yang tinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kami membayangkan kota yang benar-benar hijau, di mana ruang terbuka hijau tidak sekadar tempat bermain yang bersemen, melainkan ruang yang alami dengan vegetasi yang tumbuh bebas,” tuturnya .

Inong dan komunitasnya telah memulai inisiatif penanaman hutan kota di daerah Pugeran, Yogyakarta, untuk mengurangi tingginya suhu permukaan dan menjaga ekosistem. Mereka berupaya mewujudkan kota yang lebih ramah lingkungan dengan memperkenalkan konsep ‘hutan kota” yang nantinya bisa berkembang menjadi “kota hutan”.

Melalui pameran Memetri, Komunitas Wana Nagara juga akan mengadakan tur keliling kampus UGM untuk mengenalkan pengunjung pada jenis-jenis pohon lokal yang berperan penting dalam pengendalian suhu dan penyimpanan air.

Kalibiru: Ekowisata dan Konservasi untuk Masa Depan

Sementara itu, Nangsir Ahmadi, perintis wisata alam di Kalibiru, Kulon Progo, membawa pesan kuat tentang bagaimana ekowisata dapat menjadi solusi praktis dalam menjaga kelestarian hutan sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat. “Jika masyarakat tidak mendapatkan manfaat dari hutan, hutan tersebut akan rusak,” ujarnya.

Nangsir merintis wisata alam Kalibiru bersama 4 orang rekannya, yaitu Parjan, Sukidal, Sudadi, dan Kamijan (almarhum). Ia menjelaskan bagaimana Kalibiru, yang dulunya merupakan kawasan yang hutannya terancam rusak, kini berubah menjadi destinasi ekowisata yang rindang dan mampu menekan tingkat erosi serta memperbaiki kualitas udara.

Salah satu inovasi yang diusung oleh komunitas Kalibiru adalah teknik “infus bambu” untuk menjaga tanaman tetap hidup di musim kemarau. Teknik ini menggunakan bambu sebagai media penetesan air secara alami, tanpa plastik, sebuah pendekatan ramah lingkungan yang terinspirasi oleh kearifan lokal.

Di pameran Memetri, Komunitas Kalibiru akan memamerkan inovasi ekowisata dan teknik konservasi, termasuk metode infus bambu yang mereka terapkan sejak tahun 2005. Meskipun sederhana, inovasi ini menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat bisa beradaptasi dengan perubahan iklim sekaligus menjaga kelestarian hutan.

Apa Penadapat Anda Terkait Berita Ini?

Editor : Lintastungkal

Sumber Berita : Begawan Media Center

Follow WhatsApp Channel lintastungkal.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Kreasi Arakan Sahur Semakin Baik, Bupati Sebut Tambah Ide Kreatif Undang Peserta dari 13 Kecamatan
Lewat Karya “Payung Terakhir”, Teater Tonggak Sampaikan Kritik Tajam Terkait Lingkungan
Harapan Bupati Batanghari Terhadap Festival Kota Minyak Bajubang
Kitab Undang-undang Tanjung Tanah Kerinci Resmi Jadi Warisan Budaya Nasional
Rayakan HUT Ke-22 Partai, DPC Demokrat Tanjabbar Lestarikan Permainan Tradisional Gasing di Era Modern
21 Peserta Bakal Meriahkan Pawai Takbiran Idul Fitri 2023, Berikut Rutenya
Link Wayang Orang Pandawa Boyong Diperankan oleh Panglima TNI, Kapolri dan KASAD
Al Haris : Malam Apresiasi Seni Melayu Jambi Sarana Mempromosikan Budaya yang Dimiliki Jambi
Berita ini 128 kali dibaca
Follow Facebook, Twitter dan Tiktok Lintastungkal untuk update berita terbaru setiap hari.

Berita Terkait

Rabu, 9 Oktober 2024 - 11:50 WIB

Memetri: Pameran Unik Gabungkan Seni, Budaya, dan Kearifan Lokal untuk Menjawab Ancaman Krisis Iklim

Minggu, 24 Maret 2024 - 03:28 WIB

Kreasi Arakan Sahur Semakin Baik, Bupati Sebut Tambah Ide Kreatif Undang Peserta dari 13 Kecamatan

Kamis, 25 Januari 2024 - 00:05 WIB

Lewat Karya “Payung Terakhir”, Teater Tonggak Sampaikan Kritik Tajam Terkait Lingkungan

Senin, 13 November 2023 - 00:17 WIB

Harapan Bupati Batanghari Terhadap Festival Kota Minyak Bajubang

Minggu, 29 Oktober 2023 - 09:11 WIB

Kitab Undang-undang Tanjung Tanah Kerinci Resmi Jadi Warisan Budaya Nasional

Berita Terbaru