13 Komunitas, 1 Tujuan: Jaga Iklim untuk Masa Depan
Selain Wana Nagara dan Kalibiru, pameran ini juga melibatkan 11 komunitas lain dari berbagai daerah di Indonesia, yang masing-masing membawa solusi lokal untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. Komunitas-komunitas ini tidak hanya memperlihatkan karya seni, tetapi juga gagasan dan praktik yang sudah mereka terapkan di lapangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Yoshi menekankan bahwa pameran ini bukan sekadar ruang artistik, tetapi juga medium edukatif bagi masyarakat. “Ini adalah kesempatan bagi kita untuk belajar dari praktik nyata yang dilakukan oleh komunitas-komunitas di seluruh Indonesia,” katanya .
Melalui presentasi yang estetis dan interaktif, pameran ini menawarkan cara baru dalam berpikir dan bertindak terhadap pelestarian alam. Penanaman pohon, pengelolaan air, hingga cara menjaga keanekaragaman hayati akan dipaparkan melalui karya-karya visual yang mengajak pengunjung untuk terlibat dan bertanya langsung kepada komunitas-komunitas tersebut.
Belajar dari Masa Lalu untuk Masa Depan yang Berkelanjutan
Yoshi menekankan pentingnya belajar dari pusaka dan tradisi lokal dalam menghadapi tantangan modern seperti krisis iklim. “Untuk menjaga kelestarian lingkungan, kita harus mengandalkan pengetahuan dari masa lalu dan menerapkannya dalam konteks kekinian,” ujarnya. Pengetahuan ini, lanjut Yoshi, mencakup teknik-teknik konservasi air, penanaman pohon, serta cara masyarakat lokal berinteraksi dengan alam tanpa merusaknya .
Dengan menghadirkan pameran yang bersifat dialogis dan interaktif, Memetri berupaya menggugah kesadaran publik tentang pentingnya menjaga lingkungan. Komunitas-komunitas yang terlibat membawa pesan bahwa solusi terhadap perubahan iklim dapat ditemukan melalui kolaborasi antara tradisi dan inovasi.
Dalam konteks krisis iklim yang semakin mengkhawatirkan, pameran Memetri diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk tidak hanya berfikir, tetapi juga bertindak. Krisis ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau institusi tertentu, tetapi merupakan tanggung jawab kolektif.
Seperti yang dicontohkan Komunitas Wana Nagara dan Kalibiru, dengan kearifan lokalnya, menunjukkan bahwa solusi iklim sering kali dapat ditemukan di sekitar kita dalam praktik-praktik yang sederhana namun berdampak besar bagi masa depan.
Dengan demikian, pameran Memetri menjadi momentum penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa upaya menjaga lingkungan bukanlah tugas yang tidak terjangkau. Sebaliknya, melalui praktik-praktik kecil dan kesadaran kolektif, kita dapat berkontribusi dalam menjaga bumi ini tetap layak dihuni bagi generasi mendatang.
Yoshi, Inong, dan Nangsir sependapat bahwa Pameran Memetri bukan sekadar pameran seni. Ini adalah ruang dialog antara masa lalu, masa kini, dan masa depan. Sebuah ajakan bagi kita semua untuk memikirkan ulang hubungan kita dengan alam dan bagaimana kita dapat memelihara apa yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita.
Krisis iklim mungkin tampak menakutkan, tetapi solusi-solusi sederhana dan kearifan lokal yang diusung oleh komunitas-komunitas ini memberikan harapan nyata untuk masa depan yang lebih baik.
Informasi seputar Pameran Memetri bisa disimak di akun instagram @habitat.ina. ***
Editor : Lintastungkal
Sumber Berita : Begawan Media Center