Memimpikan masa keemasan Indonesia pada usia sebab setelah kemerdekaan, agaknya sekedar bilangan mistik yang tidak cukup rasional, mengapa harus selama itu dicapai. Mengapa pada pada usia seperempat abad atau setengah abad saja misalnya — sehingga tidak terkesan cuma sekedar spekulatif belaka, untuk tidak dikatakan iseng atau latah, sehingga masa happy segenap warga bangsa yang telah merdeka tidak dapat segera menikmati buah kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pendahulu kita dengan segenap pengorbanan serta pertaruhan jiwa dan raga.
Sehingga praduga buruk atas janji Indonesia Emas yang baru akan dinikmati pada 20-an tahun itu, seperti ingin memberi permaafan terhadap kesalahan dan kekeliruan atau bahkan keculasan untuk menikmati sendiri kerakusan dari rezim penguasa yang silih berganti mengangkangi negeri ini. Setidaknya bagi setiap warga bangsa Indonesia yang tidak lagi bisa melampaui usia 20-an ke depan, pasti tidak akan menikmati masa keemasan yang dimimpikan hari ini pada tahun 2045. Atau bahkan, hanya sekedar untuk menyaksikan mimpi kegemilauan negeri yang kaya raya ini, justru mungkin terjerembab dan ambruk, akibat tata kelolanya yang sembrono dan ngawur, seperti pelaksanaan Pemilu yang menanda puncak dari kekecewaan serta ketidak-percayaan rakyat Indonesia yang telah menjadi catatan sejarah kelam sampai kapan pun.*
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penulis : Jacob Ereste
Editor : Redaksi
Sumber Berita : Lintastungkal