Sementara itu, Malcom An dari Boeing menyoroti bahwa upaya dekarbonisasi di sektor penerbangan membutuhkan pendekatan yang melibatkan seluruh industri.
“Boeing berupaya mewujudkan penerbangan yang lebih berkelanjutan melalui pesawat yang lebih baru dan efisien, energi yang lebih bersih, serta teknologi canggih. Di kawasan Asia Tenggara, minat untuk mengubah minyak jelantah dan limbah pertanian menjadi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) terus meningkat. Kawasan ini memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar sendiri, bahkan berpotensi memproduksi lebih untuk diekspor,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dari sisi sertifikasi, CEO Qualitas Sertifikasi Indonesia, Ryanza Prasetya menegaskan pentingnya International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) CORSIA dalam menjaga integritas dan keberlanjutan rantai pasok SAF. “Sertifikasi ini memastikan asal bahan baku, perhitungan emisi, dan ketelusuran di setiap tahap produksi berjalan transparan dan sesuai standar global,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra menyampaikan melalui penyelenggaraan Pertamina Sustainable Aviation Fuel Forum 2025, Pertamina Patra Niaga menegaskan komitmennya untuk berada di garis depan dalam pengembangan energi bersih bagi industri penerbangan.
“Forum ini menjadi ruang penting untuk memperkuat kolaborasi dan menegaskan kesiapan teknis Indonesia dalam menghadirkan bahan bakar penerbangan berkelanjutan yang kompetitif dan berstandar global,” terangnya.
Pertamina Group sendiri telah memanfaatkan minyak jelantah menjadi SAF melalui ekosistem SAF terintegrasi dari pengumpulan, pengolahan, hingga distribusi. Upaya ini tak hanya menekan emisi, tetapi juga menciptakan nilai ekonomi sirkular bagi masyarakat dan mempercepat transisi menuju energi bersih.**
Penulis : Warna Komunika Indonesia
Editor : Redaksi
Sumber Berita: Lintastungkal
Halaman : 1 2






