“Saat itu saja ajak lah Abdul Rasyid (mantan Ketua KPU Jambi) dan Sigit Eko Yuwono untuk melakukan (mantan Kabid Penanganan Konflik Kesbangpol) utk kita secara bersama sama lakukan empowerment para aktifis mahasiswa Jambi,’’ katanya.
Tujuannya agar mahasiswa satu visi. Saat itu dinamika di kampus ditumbuhkan slogan reformasi, Yakni Mahasiswa takut pada dekan, Dekan takut pada Rektor, Rektor takut pada menteri, dan menteri takut pada Presiden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Eh tewrnyata saat itu presiden takut pada mahasiswa. Di saat itu kita bagi tugas kepada aktifis kampus, aktifis lingkungan,a ktifis kemasyarakat, aktifis politik non praktis secara bersama sama melakukan identifikasi bagaimana cara mengisi reformasi secara konstitusional,’’ kata dia.
Bersamaan dengan itu, menurut Jenderal Yun, di Jambi banyak terjadi klonflik lahan, Diantaranya konflik lahan Perusahaan HGU Kebun Sawit PT Tebora Bungo, PT Kresna Duta Agroindo (Grup Sinar Mas), PT Jamika Raya, dan PT Inti Indo Sawit. Kemudian konflik lahan juga terjadi di perusahaan HTI, seperti PT Wira Karya Sakti (WKS), PT PSUD/Dalek Hutama dan sebagainya.
“Dari berbagai konflik tersebut kita turun ke lapangan. Prinsip kita ketika itu membela kepentingan rakyat, namun tidak mengganggu investasi dalam negeri,’’ katanya lagi.
Di posisi yang berbeda, menurut Yun, dia menugaskan Abdul Rasyid melakukan identifikasi dinamika politik nasional,dengan proaktif dalam proses pemilihan Walikota dan Bupati serta Pemilihan Gubernur Jambi. Sehingga dia berhasil duduk sebagai anggota KPU Provinsi Jambi.
Penulis : Dhea
Editor : Redaksi
Sumber Berita : Lintastungkal
Halaman : 1 2 3 4 5 6 Selanjutnya