Ia juga menyebutkan bahwa di Malang, penggerak telah berhasil mengubah persepsi negatif dengan menciptakan wisata edukasi. Tempat yang sebelumnya dihindari kini menjadi tujuan wisata yang diminati.
“Kami membuat wisata edukasi, karena itu pasti bau ya bagaimana buat disukai itu harus teduh kita. Tanami tanaman itu harus indah, harus ada taman, itu harus bersih, yang bau-bau sampah kita tangkap,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selanjutnya narasumber kedua yakni Ketua Yayasan Ekologi Satwa Liar Indonesia (EKSAI), Iwan “Londo” Febrianto, memaparkan materi tentang konservasi burung pantai migran di Pantai Cemara Kabupaten TANJAB Timur. Dalam presentasinya, ia menyoroti pentingnya pelestarian ekosistem pantai dan peran perusahaan dalam menjaga keberlanjutan habitat alam.
Ia mengungkapkan bahwa burung migran yang melintas antar benua, terutama yang berasal dari Rusia dan Siberia, menjadi tamu jauh di Pantai Cemara. Sinergitas yang diharapkan dari masing-masing negara adalah memberikan peran yang sesuai ketika burung migran singgah di daerah tersebut.
“Kita melayani mereka karena mereka tamu jauh nih, dari Rusia, dari Siberia. Jadi, kita berharap punya peran sesuai ketika mereka singgah, semacam singgah di Cemara,” ujarnya.
Dalam upaya memelihara lingkungan secara keseluruhan, Iwan “Londo” Febrianto menekankan pentingnya memberikan pemahaman kepada masyarakat, bukan hanya seputar burung, tetapi juga mengenai lingkungan secara umum. Dalam hal ini, yakni dengan memberikan pendidikan lingkungan dan menciptakan kesadaran masyarakat terhadap perlunya menjaga keberlanjutan lingkungan.
“Saya coba memberikan pemahaman ke masyarakat, tidak hanya tentang burung, tapi lingkungan secara umum,” ujarnya.
Penulis : Tim Media
Editor : Redaksi
Sumber Berita : Lintastungkal
Halaman : 1 2 3 4 5 Selanjutnya