Sinergi Dua Dekade Riset
Kehadiran Prof. Hanim sebagai Guru Besar melengkapi kiprah suaminya, Prof. Ali Agus, yang telah 35 tahun mengabdikan diri di dunia peternakan. Prof. Ali, yang kini menjabat sebagai Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Hilirisasi Produk Peternakan, dikenal sebagai pionir teknologi “burger pakan” atau Fermented Complete Feed.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Menjadi dosen sejak tahun 1990 dan sekarang ini tahun 2025, berarti sudah genap 35 tahun ya. Wah, tidak terasa sebagai akademisi, sebagai peneliti,” kata Prof. Ali yang juga menjadi arsitek di balik roadmap swasembada protein hewani Indonesia 2025-2035.
Sinergi keahlian keduanya menciptakan ekosistem riset yang komprehensif. Prof. Ali fokus pada teknologi pakan dan nutrisi ternak, sementara Prof. Hanim mengembangkan solusi biokimia untuk kesehatan ternak dan keberlanjutan lingkungan.
Menjawab Tantangan Protein Nasional
Pengukuhan Prof. Hanim hadir di tengah tantangan besar ketahanan protein nasional. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2024 menunjukkan 46% penduduk Indonesia masih kekurangan asupan protein harian, dengan rata-rata konsumsi hanya 62 gram per kapita per hari.
“Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2024, sebanyak 46% orang Indonesia kekurangan asupan protein harian,” ungkap Prof. Ali. Angka ini jauh tertinggal dari Malaysia (159 gram), Thailand (141 gram), dan Filipina (93 gram).
Riset Prof. Hanim tentang fitobiotik menjadi kunci untuk meningkatkan efisiensi produksi ternak sambil menjaga kesehatan hewan dan keberlanjutan lingkungan. Teknologi ini mampu menurunkan emisi metan dari ternak ruminansia, sekaligus mengurangi jejak karbon industri peternakan.
Warisan Ilmiah untuk Indonesia Emas
Ketua Dewan Guru Besar UGM Prof. Baiquni mencatat bahwa Prof. Hanim kini menjadi bagian dari 26 guru besar aktif dari 52 guru besar yang pernah dimiliki Fakultas Peternakan UGM. Kehadirannya melengkapi kekuatan riset fakultas di bidang biokimia nutrisi ternak.
Pasangan Prof. Ali dan Prof. Hanim membuktikan bahwa dedikasi ilmiah dapat berjalan beriringan dengan kehidupan keluarga. Keduanya tidak hanya berkontribusi dalam penelitian, tetapi juga dalam implementasi kebijakan dan pembangunan industri peternakan nasional.
“Kalau kita bicara Indonesia 2045 atau 100 tahun Indonesia merdeka, maka kunci utama ada di SDM. Man behind the gun. Itu yang paling vital,” kata Prof. Ali, yang juga menjadi Komisaris Holding BUMN Pangan ID FOOD.
Penulis : Yoga Pranadipa
Editor : Redaksi
Sumber Berita: Lintastungkal
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya