Sekedar penyesalan, bisa saja begitu adanya, tapi itu semua dapat dipahami oleh banyak orang yang terluka dan menderita akibat deraan dari perbuatan bejad yang tidak pernah diharapkan saat memberikan amanah dan kepercayaan untuk dijalankan saat bertahta di tampuk kekuasaan yang memang cenderung memabukkan itu. Lantaran ambisi dan egoisme adalah ideologi bawaan yang harus dilawan dan dikendalikan agar harkat kemanusiaan tidak terjerembab menjadi sekelas hewan yang hanya mengandalkan naluri, nafsu dan ketamakan tanpa batas.
Permohonan maaf itu sendiri sesungguhnya beranjak dari rasa bersalah entah kepada siapapun dan untuk siapapun dengan suatu kesadaran penyesalan dan tak lagi hendak mengulangi segala bentuk kesalahan atau sekedar janji kosong untuk memperdaya orang lain agar memberi simpati hingga rasa iba yang tidak penting bagi seorang kesatria sejati. Karena itu dalam berbagai pandangan falsafah para leluhur suku bangsa Nusantara yang otentik dan sahih ada pengertian dan pemahaman terhadap grid setiap orang yang berkelas Kesatria, Brahmana, Syiwa dan Sudra. Jadi kalau keladnya belum setara itu, sejumlah titel dan gelar hingga ijazah dan sertifikat, sia-sia untuk ditempelkan didepan maupun di belakang nama yang tidak pantas menyandang titel tersebut. Termasuk gelar kebangsawanan yang memang palsu atau dibeli di pasar gelap. Akibatnya, semua yang dilakukan seperti terlihat di dalam gelap.(*)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penulis : Jacob Ereste
Editor : Redaksi
Sumber Berita : Lintastungkal
Halaman : 1 2