Jacob Ereste : Permohonan Maaf & Pencitraan Harus Bermuatan Spiritual

- Redaksi

Rabu, 16 Oktober 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

BANTEN – 16 Oktober 2024, Membangun citra diri yang sudah terlanjur buruk, memang kerja sia-sia belaka. Apalagi kesalahan sudah berulang dilakukan dengan kesan yang sangat dipahami dan disadari sepenuhnya, sehingga jelas menunjukkan bukan suatu kekeliruan yang tidak disengaja. Sebab kesalahan yang dilakukan dengan kesadaran, tidak mungkin dapat dimaafkan oleh orang yang paling pemaaf sekalipun.

Kesalahan yang dapat dimaafkan itu karena kekeliruan, bukan kesengajaan. Jadi mana mungkin ada permaafan, jika semua yang dilakukan itu jelas mengekspresikan ambisi dan syahwat bejat dirinya sendiri. Karena itu, upaya memperbaiki citra yang terlanjur melukai hati orang banyak sulit untuk mendapat permaafan seperti yang diharapkan.

Oleh karena itu, upaya memperbaiki citra dan meminta maaf yang sia-sia itu justru menunjukkan watak culas yang asli sebagai sikap dan sifat sebagai tukang tipu untuk memperdaya dan merendahkan akal Budi orang lain. Apalagi perlakukan serupa itu dilakukan terhadap orang banyak yang menaruh amanah kepercayaan untuk dilaksanakan seperti kepada wakil rakyat serta aparat pemerintah yang seharusnya bergiat melakukan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan umum dan memberantas kemiskinan serta mengupayakan peningkatan kecerdasan rakyat seperti yang diamanahkan oleh UUD 1955 serta Pancasila sebagai ideologi negara dan falsafah bangsa Indonesia yang sudah final.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Untuk meninggalkan kemewahan, kekuasaan dengan segenap fasilitas yang bisa dinikmati selama menjalankan amanah rakyat yang tidak amanah, memang akan ada bayang-bayang dosa yang menggelayuti diri setelah semua itu harus ditinggalkan. Apalagi dengan kondisi yang dirasakan dalam keadaan terpaksa, lantaran nafsu belum sepenuhnya dirasakan puas. Bayang-bayang ketakutan yang menghantui itu, memang abstrak tapi nyata adanya seperti gondoruwo yang terus membuntuti ke mana saja perginya, tidak kecuali sampai ke tempat tidur yang semestinya nikmat, asyik dan santai bersama istri dalam satu selimut. Tapi gondorowo itu terus mengikuti, sebagai bukti dari keculasan yang tidak mungkin termaafkan sampai kapan pun.

Apa Penadapat Anda Terkait Berita Ini?

Penulis : Jacob Ereste

Editor : Redaksi

Sumber Berita : Lintastungkal

Follow WhatsApp Channel lintastungkal.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Perang Dalam Senyap Melawan Buzzer dan Pembela Oligarki Melalui Media Sosial
Manajemen Risiko Impor Sapi Brasil dalam Menjamin Keamanan Pangan dan Kesehatan
Dampak Konflik Geopolitik Rusia-Ukraina terhadap Pergerakan Harga Emas dan Pasar Keuangan Global
Peringkat 3 Nasional: Bukti Nyata Transformasi Manajemen ASN di Jambi
Langkah Proaktif Blokir Rekening untuk Masa Depan Masyarakat yang Lebih Baik
Jacob Ereste : Penulis Itu Telah Mati
Kecemasan Terhadap Pemilu Dilakukan Secara Curang Harus Dihadapi Bersama Seluruh Rakyat
Sembako dan BLT Tidak Lagi Mampu Menggoyahkan Keteguhan Hati Nurani Kita yang Terjaga Untuk Tetap Memilih Pemimpin Indonesia Ideal
Berita ini 60 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 12 Januari 2025 - 18:47 WIB

Perang Dalam Senyap Melawan Buzzer dan Pembela Oligarki Melalui Media Sosial

Jumat, 13 Desember 2024 - 17:39 WIB

Manajemen Risiko Impor Sapi Brasil dalam Menjamin Keamanan Pangan dan Kesehatan

Selasa, 26 November 2024 - 18:07 WIB

Dampak Konflik Geopolitik Rusia-Ukraina terhadap Pergerakan Harga Emas dan Pasar Keuangan Global

Senin, 25 November 2024 - 10:53 WIB

Peringkat 3 Nasional: Bukti Nyata Transformasi Manajemen ASN di Jambi

Rabu, 16 Oktober 2024 - 13:50 WIB

Jacob Ereste : Permohonan Maaf & Pencitraan Harus Bermuatan Spiritual

Berita Terbaru