EKONOMI – Impor sapi Brasil ke Indonesia merupakan langkah penting dalam mendukung program peningkatan pasokan susu segar. Namun, langkah ini juga menimbulkan berbagai risiko kesehatan hewan yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak terkait. Risiko-risiko tersebut tidak hanya berkaitan dengan potensi masuknya penyakit mulut dan kuku (PMK) serta tuberkulosis sapi (TB), tetapi juga dengan dampak jangka panjang terhadap industri peternakan di Indonesia. Pemerintah Indonesia dan pihak terkait harus bersiap dengan strategi mitigasi yang tepat agar potensi ancaman ini dapat dikelola dengan hati-hati.
Perubahan aturan impor sapi perah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2016, yang sedang disusun Kementerian Pertanian, menjadi langkah penting untuk mengakomodasi kedatangan sapi hidup dari Brasil. Hal ini dilakukan untuk mendukung kebutuhan pangan dalam program makan bergizi gratis yang sedang dijalankan. Namun, penambahan pasokan susu segar ini harus dilakukan tanpa mengabaikan dampak kesehatan yang bisa ditimbulkan. Seiring dengan itu, proses vaksinasi terhadap sapi impor juga menjadi hal yang sangat penting untuk meminimalkan risiko PMK yang dapat mengancam kelangsungan peternakan di dalam negeri.
Peternak Indonesia mengungkapkan kekhawatiran terkait risiko penyakit mulut dan kuku (PMK) yang dapat dibawa oleh sapi impor asal Brasil. Walaupun Brasil sedang berupaya agar Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH) memberikan status bebas PMK bagi negara tersebut, risiko tetap ada, terlebih jika proses pemantauan dan vaksinasi tidak dilaksanakan dengan optimal. Risiko tersebut bisa memperburuk kondisi peternakan sapi di Indonesia yang telah dilanda masalah serupa sebelumnya, mengingat PMK dapat menular dengan cepat dan berdampak buruk pada kesehatan sapi yang ada.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penulis : Andhika Wahyudiono : Dosen UNTAG Banyuwangi
Editor : Redaksi
Sumber Berita : Lintastungkal
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya