Bencana Datang, Ormas Menghilang: Ketika Seragam Ramai di Jalanan, Tapi Sunyi di Lokasi Bencana

Rakyat Bertanya: Di Mana Pasukan Ormas Saat Bangsa Terluka..?

Lintas Tungkal

- Redaksi

Selasa, 16 Desember 2025 - 19:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bencana Datang, Ormas Menghilang: Ketika Seragam Ramai di Jalanan, Tapi Sunyi di Lokasi Bencana. FOTO : Ilustrasi

Bencana Datang, Ormas Menghilang: Ketika Seragam Ramai di Jalanan, Tapi Sunyi di Lokasi Bencana. FOTO : Ilustrasi

Ketika bencana alam melanda hampir seluruh wilayah Indonesia—terutama kawasan Barat seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan sekitarnya—rakyat menyaksikan satu fakta yang sulit dibantah: yang hadir secara nyata di garis depan hanyalah TNI dan sebagian Polri.

Pertanyaan besar pun muncul di tengah masyarakat :

  1. Ke mana perginya ormas-ormas yang selama ini tampil bak pasukan tempur..?
  2. Ke mana barisan yang biasa berparade dengan seragam mirip militer, atribut lengkap, pangkat, tongkat komando, bahkan gaya seolah memiliki struktur komando perang..?

Mengapa ketika negara dan rakyat benar-benar membutuhkan tenaga, nyawa, dan pengabdian, mereka justru diam seribu bahasa..?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

ORMAS YANG SELALU RAMAI DI MEDIA, NAMUN SUNYI SAAT BENCANA

Nama-nama ini bukan asing bagi publik karena kerap muncul di ruang publik, jalanan, dan media, sering kali dengan citra keras, demonstratif, dan intimidatif :

  1. Pemuda Pancasila
  2. GRIB Jaya
  3. Berbagai ormas sayap partai politik
  4. Ormas yang mengatasnamakan NU, Banser, Ansor (dalam konteks struktur non-resmi dan kelompok yang sering tampil atributif di jalanan)
  5. Ormas yang didirikan oleh purnawirawan TNI dan Polri
  6. Kelompok-kelompok “relawan” musiman jelang Pemilu dan Pilkada

Namun ironisnya, seragam-seragam itu nyaris tak terlihat di tenda pengungsian, dapur umum, atau medan evakuasi.
Tidak ada barisan komando.
Tidak ada apel kemanusiaan.
Tidak ada mobilisasi nasional yang terkoordinasi.

FAKTA YANG TIDAK TERBANTAH

Yang bekerja nyata di lapangan adalah :

  • Prajurit TNI AD, AL, AU
  • Sebagian Polri
  • Relawan kemanusiaan independen
  • Warga sipil yang saling menolong tanpa atribut dan pangkat

Sementara itu, ormas-ormas berseragam justru lenyap dari radar kemanusiaan nasional.

ORMAS: ANTARA FUNGSI ATAU HANYA PENUNGGANG KESEMPATAN

Kritik publik semakin tajam ketika masyarakat melihat pola yang berulang :

  1. Muncul saat Pemilu dan Pilkada
  2. Aktif saat berebut lahan parkir
  3. Hadir saat menjaga gudang, perusahaan, dan kepentingan oligarki
  4. Siaga saat pesta, konser, atau acara elite
  5. Ramai saat demonstrasi bayaran
  6. Namun hilang saat bencana, penderitaan, dan jeritan rakyat

Maka muncullah istilah yang kini ramai diucapkan rakyat  “Tentara plastik” berseragam, berisik, tapi rapuh dan tak berguna saat krisis nyata.

TIDAK ADA MANFAAT STRATEGIS BAGI NEGARA

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, keberadaan ormas-ormas seperti ini patut dievaluasi secara serius karena :

  1. Tidak memberi kontribusi nyata saat krisis nasional
  2. Lebih sering menimbulkan keresahan sosial
  3. Menjadi alat politik praktis
  4. Menyempitkan ruang sipil dan hukum
  5. Membajak simbol nasionalisme untuk kepentingan kelompok

Negara ini tidak kekurangan seragam,
tetapi kekurangan pengabdian tulus.

PELAJARAN BESAR BAGI RAKYAT INDONESIA

Bencana ini memberi pelajaran pahit namun penting :

Jangan beri ruang, legitimasi, dan panggung kepada ormas-ormas oportunis saat negara dalam keadaan aman.

Karena ketika badai datang,
ketika tanah bergeser,
ketika air menelan rumah,
mereka tidak ada.

Yang berdiri di depan hanyalah :

  • Negara
  • Prajurit
  • Rakyat yang saling menguatkan

PENUTUP

Indonesia membutuhkan solidaritas nyata, bukan seragam palsu.
Membutuhkan pengabdian, bukan panggung politik.
Membutuhkan kerja kemanusiaan, bukan intimidasi jalanan.

Jika sebuah organisasi tidak hadir saat rakyat menderita,
maka patut dipertanyakan:
untuk siapa dan untuk apa mereka ada..?

Apa Penadapat Anda Terkait Berita Ini?

Penulis : Laksma TNI (Purn) Jaya Darmawan, M.Tr.Opsla

Editor : Redaksi

Sumber Berita: Lintastungkal

Follow WhatsApp Channel lintastungkal.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Polri Vs Mahkamah Konstitusi
Perang Dalam Senyap Melawan Buzzer dan Pembela Oligarki Melalui Media Sosial
Manajemen Risiko Impor Sapi Brasil dalam Menjamin Keamanan Pangan dan Kesehatan
Dampak Konflik Geopolitik Rusia-Ukraina terhadap Pergerakan Harga Emas dan Pasar Keuangan Global
Peringkat 3 Nasional: Bukti Nyata Transformasi Manajemen ASN di Jambi
Jacob Ereste : Permohonan Maaf & Pencitraan Harus Bermuatan Spiritual
Langkah Proaktif Blokir Rekening untuk Masa Depan Masyarakat yang Lebih Baik
Jacob Ereste : Penulis Itu Telah Mati
Berita ini 32 kali dibaca
Dilarang Mengambil dan/atau Menayangkan Ulang Sebagian Atau Keseluruhan Artikel di atas untuk Konten Akun Media Sosial Komersil Tanpa Seizin Redaksi.

Berita Terkait

Selasa, 16 Desember 2025 - 19:03 WIB

Bencana Datang, Ormas Menghilang: Ketika Seragam Ramai di Jalanan, Tapi Sunyi di Lokasi Bencana

Kamis, 27 November 2025 - 17:53 WIB

Polri Vs Mahkamah Konstitusi

Minggu, 12 Januari 2025 - 18:47 WIB

Perang Dalam Senyap Melawan Buzzer dan Pembela Oligarki Melalui Media Sosial

Jumat, 13 Desember 2024 - 17:39 WIB

Manajemen Risiko Impor Sapi Brasil dalam Menjamin Keamanan Pangan dan Kesehatan

Selasa, 26 November 2024 - 18:07 WIB

Dampak Konflik Geopolitik Rusia-Ukraina terhadap Pergerakan Harga Emas dan Pasar Keuangan Global

Berita Terbaru

Proses evakuasi jenazah Tiurmalina Boru Sinaga (70), ibu kandung Aipda Simson Pakpahan, personel Kompi 1 Batalyon-C Satbrimob Polda Sumut yang menjadi korban banjir di Kota sibolga. (Dok Polda Sumut/IDNtimes)

Sumatera Utara

30.875 Rumah Warga Sumut Rusak Akibat Banjir dan Longsor

Jumat, 26 Des 2025 - 19:29 WIB